Selasa, 06 Juli 2010

K.A GAYA BARU MALAM (GBM), KERETA RAKYAT YANG PENUH SESAK DENGAN RAKYAT


GBM atau Gaya Baru Malam, mungkin nama tersebut akan terasa takkan pernah asing bagi mereka yang pernah memakai jasa transportasi Kereta Api kawasan Pulau Jawa ini. Kereta Api kasta terendah dalam jasa transportasi perkeretapian ini merupakan kereta api Ekonomi dengan rute perjalanan yang cukup panjang dan dapat dinikmati dengan harga yang sangat terjangkau, sehingga tak heran bila GBM menjadi tranportasi yang paling banyak diminati oleh banyak masyarakat, dan tentunya kebanyakan penikmat KA GBM sebagian besar dari kalangan masyarakat kelas menengah dan masyarakat lapis bawah. Hanya dengan merogoh kocek sekitar 35 ribuan kita bisa berkeliling ria menggunakan kereta ini dari awal pemberangkatan di barat pulau jawa yaitu Kota Jakarta sampai berakhr di ujung timur kota metropolitan terbesar ke dua di pulau jawa yaitu Surabaya. Rute perjalanan yang cukup panjang dengan melewati beberapa provinsi berbeda di pulau jawa, yaitu provinsi DKI Jakarta, Jawa Barat, Jawa Tengah, DIY, dan Jawa Timur.
Harga murah, mungkin itu salah satu faktor yang membuat KA ini menjadi favorit di kalangan masyarakat kelas menengah dan kelas bawah. Murah dibandingkan menggunakan KA Bisnis atau Eksekutif yang harganya jauh sangat lebih mahal dan berkali-kali lipat. Tidak peduli fasilitas atau keamanan yang menjamin, yang terpenting murah dan selamat sampai tujuan. Merasa nyaman dan tidak nyaman menjadi urusan belakangan, yang penting dapat naik dan selamat sampai tujuan. Tidak mendapat tempat duduk adalah hal wajar dalam KA GBM, pedagang asongan yang mondar-mandir adalah sesuatu yang lumrah dalam KA GBM, saling berebut dan berdesakan masuk ketika akan naik merupakan hal biasa KA GBM, dan ada orang yang tidur di toilet kereta juga merupakan hal yang normal dalam KA GBM.
Penuh sesak ketika liburan dan penuh sesak pula ketika hari biasa. Tidak terlalu berbeda jauh. Beruntung bila kita mendapatkan tempat duduk, kita bisa agak sedikit lebih nyaman, mesti masih ditemani dengan kesumpekan dan kesemrawutan keadaan sekitar, karena dipenuhi penumpang lain. Hal ter-tidak nyaman naik kereta ini adalah ketika anda harus berdiri berjam-jam karena tidak mendapat tempat duduk, dan anda harus bersiap-siaplah untuk bersenggolan badan dan melenturkan badan anda ketika beraneka macam pedagang asongan lewat untuk menjajakan barang daganganya. Toilet kereta juga di alih fungsikan oleh penumpang kereta (bila penuh sesak), saking penuhnya penumpang yang naik, maka toilet pun di jadikan tempat untuk duduk dan bahkan ada yang tidur pula. Wangi bau keringat penumpang dan harum bau kaos kaki yang jarang dicuci kadang akan bisa dinikmati dalam perjalanan kereta ini.
Pedagang asongan kereta bagai penumpang ke dua di kereta ini, di samping penumpang regular yang membayar tiket. layaknya sebuah pasar, pedagang asongan kereta akan mondar-mandir di gerbong kereta untuk menawarkan barang daganganya, tak peduli seberapa penuh sesak penumpang yang ada dalam kereta, yang terpenting bagi pedagang asongan ini adalah laku, laku, dan laku barang yang mereka tawarkan. Bisa kita jumpai beraneka ragam pedagang asongan, dari mulai yang jualan anak-anak sampai nenek-nenek yang sudah “sepuh”. Barang dagangan yang di jual masing-masing pedagang asongan di KA GBM tidak kalah lengkap dibandingkan penjual di pasar malem. Dari yang jual Makanan (nasi bungkus, pecel, roti, camilan), minuman, rokok, baju, boneka, mainan anak-anak, alat-alat tulis, bahkan penjual baterai Hand phone juga bisa kita jumpai. Yang membuat berbeda dengan pasar malem hanya pada letak penjual dan pembelinya, jika di pasar malem penjual yang duduk kemudian pembeli yang mondar mandir di depan lapak jualannya, namun bila di kereta GBM, pembeli yang duduk di kursinya (bila dapat kursi) sendiri, sementara penjual yang berkeliling untuk menawarkan barang dagangannya.
GBM mungkin kereta api yang direkomendasikan pemerintah untuk rakyat kelas ekonomi menengah ke bawah. Kereta api rakyat yang di dalamnya akan penuh sesak dengan rakyat pula. Segala elemen masyarakat kelas bawah dengan beraneka macam profesi akan kita temukan disini. Cukup menyenangkan bila kita menikmati kesumpekan dan kesemrawutan kereta api ini dengan hati yang sabar dan berlapang dada. Dapat bertegur sapa dengan penumpang lain, adalah moment terindah, bila dibandingkan dengan kesombongan yang sering diperlihatkan kaum-kaum borjuis. Tanpa ada sekat-sekat status social dan tanpa ada gengsi yang terkadang banyak di jumpai di kalangan elite masyarakat kita juga. Sehingga membuat kita mendapatkan pelajaran yang berharga tentang arti toleransi dan saling menghargai satu dengan yang lainnya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar