Minggu, 04 Juli 2010

PEREMPUAN SENIMAN JALANAN PANTURA


Dengan wajah yang penuh keringat dan terlihat make-up yang kelihatan sudah mulai luntur di rona wajahnya. Perempuan tengah baya itu naik ke dalam bus yang saya tumpangi. Bus Si**r Ja*a jurusan purwokerto-bekasi. Disambut dengan ucapan selamat datang berupa celotehan kecil oleh kernet bus dan ditambah sedikit candaan genit dari supir yang sedang mengemudi, perempuan itu pun masuk ke dalam bus. “Ramah”, itulah kesan pertama saya melihat perempuan tersebut. Ramah menanggapi celotehan kernet bus, ramah menggubris canda yang dilantunkan sopir bus, dan ramah dalam membawa diri di dalam bus. Berbekal tape recorder yang berukuran besar lengkap dengan speaker dan microphone. Perempuan tadi membuka pembicaraan di depan semua penumpang dengan nada bicara yang ramah.
Perempuan ini adalah salah satu dari “seniman jalanan” pantura yang ada di kawasan jalan pantura-indramayu. Base camp atau tempat mereka berkumpul adalah di depan sekitar rumah makan pada di daerah indramayu (saya lupa nama tempatnya). Perempuan-perempuan ini sepanjang mata saya melihat, kebanyakan berumur mungkin sekitar 35-40 tahunan dan ada beberapa yang di bawah 30 tahunan tapi sedikit jumlahnya. Jika ada bus yang akan keluar dari rumah makan tersebut, maka para perempuan tadi dengan membawa tape recordernya (kelihatannya agak berat juga) akan masuk ke dalam bus yang keluar dari rumah makan. Tidak begitu tahu latar belakang mengapa mereka menjadi “seniman jalanan” seperti ini,
Ketika perkenalannya di dalam bus, mereka menyebut dirinya dengan dengan kata “seniman jalanan pantura”, bukan , maaf “pengamen”. Sulit untukku membedakan antara kedua kata tersebut (pengamen vs seniman jalanan), karena yang saya tahu, ketika ada orang yang menyayikan lagu (biasnya di bus) dan kemudian meminta upah atau sumbangan walaupun tanpa paksaan kepada orang di sekitarnya, kebanyakan orang menyebutnya dengan kata maaf sekali lagi, “pengamen”. Namun apalah arti perbedaan kata-kata di atas, jika memang memiliki makna yang sama.
Lagu-lagu yang di bawakan mereka adalah lagu-lagu dangdut populer jaman doelo dan lagu-lagu cirebonan. Biasanya mereka menyanyikan 2-3 lagu. Setelah selesai menyanyikan lagu-lagu yang dibawakan. Perempuan ini akan mengeluarkan sebuah “bungkus permen” yang masih kosong. Bungkus permen yang dijadikan wadah yang ditujukkan kepada para penumpang bus untuk menaruh uang jika mereka akan memberi uang itu kepada perempuan “seniman jalanan” itu. Dan memang sangat “ramah” plus disertai senyum sopan yang tergambar, mereka tidak cemberut ataupun murung ketika ada penumpang bus yang tidak memberi uang kepada mereka. Setelah semuanya selesai tak lupa perempuan tersebut memberikan salam dan meminta maaf telah mengganggu perjalanannya, lalu kemudian turun dari bus untuk berpindah di bus yang lain.
Kadang terlintas dibenak ku rasa ingin tahu mengapa mereka bisa memilih pekerjaan seperti ini dan tidak berusaha untuk mencari penghidupan yang lebih baik. Akan tetapi, tidak ada waktu untukku untuk hanya sekedar ngobrol-ngobrol kecil dengan mereka, sehingga bisa menghapus rasa keingintahuanku ini. Karena memang saya hanya numpang lewat saja di kawasan pantura ini. Untuk para seniman jalanan pantura……….selamat berjuang menempuh kehidupan yang memang tidak selalu berpihak kepada kita..!!!!

Tidak ada komentar:

Posting Komentar