Sabtu, 03 Juli 2010

Para Peminta-minta di kawasan kampus FISIP Unsoed, Mirisss!!


Sudah tiga tahun, aku melakukan proses pembelajaran di kampus orange ini. Sebutan lain untuk Fakultas ilmu social dan ilmu politik (FISIP) Unsoed. Kampus FISIP UNSOED yang kental dengan retorika-retorika para mahasiswanya dalam sebuah organisasi, pekat dengan nilai-nilai social yang di ajarkan, tajam dengan kritikan-kritikan pedasnya, dan satu lagi, kampus ini “halal” untuk dimasuki oleh siapapun mulai dari anak eS eM Pe yang mondar mandir lewat, mahasiswa, dosen, pegawai, pedagang makanan kecil gendongan, para pengemis/peminta-minta yang selalu saja ada, bahkan “maling motor” pun boleh masuk kampus ini (sungguh kampus yang humanis). Semuanya berbaur menjadi satu di kampus orange ini. Keadaan social penghuninya tiga tahun yang lalu, tak banyak berubah dengan sekarang. Wajah dosen-dosen yang masih sama seperti yang dulu, wajah pegawai-pegawai pelayanan administrasi yang masih sama sepeti dulu, wajah-wajah pedagang di sekeliling kampus yang sama seperti dulu, dan wajah para “peminta-minta”/ Maaf “pengemis” di kawasan kampus yang sama seperti tiga tahun yang lalu.
Bila wajah-wajah dosen masih sama seperti tiga tahun yang lalu, mungkin itu wajar, jika wajah para pegawai pelayanan administrasi masih sama seperti yang dulu, itu juga normal dan wajar dan bila wajah dari pedagang-pedagang di kawasan kampus masih sama seperti yang dulu, itu juga sangat wajar buat saya. Namun bila wajah para “peminta-minta”/ pengemis itu masih sama seperi yang dulu, bagi saya pribadi itu tidaklah begitu wajar. Sungguh tidak wajar dan memang seharusnya tidak seperti itu.
Peminta-minta atau pengemis yang ada di kawasan FISIP UNSOED rupanya telah menjadi bagian integral dari dinamika kampus. Mereka bagaikan menjadi bagian dari sendi-dendi kehidupan di dunia kampus fisip unsoed walaupun tidak secara langsung dan terpisahkan. Ketika kuliah telah usai atau mungkin ada mahasiswa yang sedang nongkrong menunggu perkuliahan tiba, maka pengemis itu kemudian dengan tangan atau biasanya dengan gelas palstik bekas air mineral, mereka meminta-minta kepada mahasiswa yang dijumpainya di sekitar lingkungan kampus. Tidak ada yang salah, ketika kita yang notabene lebih mampu untuk memberikan sedikit bantuan kepada yang membutuhkan. Membantu orang-orang yang terlantar dan teraniaya sudah barang tentu menjadi kewajiban kita sebagai sesama umat tuhan. Apalagi para peminta-minta seperti itu, dengan kondisi umur yang sudah lanjut usia, mereka memang harus kita bantu dan perhatikan. Saya pribadi sepakat dengan nilai-nilai seperti itu, membantu sesama, menolong yang teraniaya, atau kegiatan social lainnya. sekali lagi saya sepakat dengan hal-hal social seperti itu.
Namun akan berbeda persoalnnya ketika memang yang diberi pertolongan setiap saat itu (peminta-minta) tidak mau untuk memperbaiki kehidupan mereka. Para peminta-minta itu kelihatannya nyaman akan statusnya sebagai seorang “pengemis”. Tiga tahun yang lalu sampai dengan sekarang, sejak saya di OSPEK sampai sekarang pernah ngOSPEK, wajah para peminta-minta itu tidak berubah ataupun berganti lakon dengan tokoh lain. Mereka orang-orang yang sama dengan tiga tahun yang lalu ketika saya di OSPEK oleh kakak angkatan. Dan sekarang wajah-wajah peminta-minta itu masih saja sama seperti yang dulu.
Masih teringat dalam ingatan saya. Ketika tahun pertama saya kuliah di kampus orange ini. Saya kadang memberi sedikit uang saku saya kepada mereka yang meminta-minta. Lambat laun, ternyata orang yang saya kasih tersebut masih saja tetap meminta-minta seperti itu sampai sekarang dan tidak berubah ataupun beralih profesi, menjadi pedagang-kah, buruh tani-kah, atau pekerjaan yang lain yang lebih mulia daripada seorang “maaf” pengemis. Mereka (Peminta-minta) sepertinya sangat nyaman dan PW dengan statusnya, dan mungkin merupakan sebuah profesi yang dia lakukan. Dengan mengemis uang yang didapat tidak perlu bersusah-susah buang keringat dan banting tulang, cukup dengan menguatkan mental dan tidak punya rasa malu. Bukan karena kondisi terdesak yang kemudian menjadikan mereka terpaksa sebagai seorang pengemis.
Saya sependapat jika mengemis itu dilakukan karena terpaksa oleh keadaan dan jalan terakhir. Saya sependapat jika mengemis itu dilakukan karena tersesak kebutuhan yang amat urgen dan itu alternative terakhir. Saya juga sependapat jika meminta-minta itu hak setiap orang di muka bumi ini dan itu hak tiap-tiap orang. Dan saya juga sangat-sangat sepakat jika kawan-kawan ingin membantu bila ada pengemis yang Maaf beribu-ribu maaf cacat secara lahiriyah, mereka wajib di bantu dan diberi pertolongan oleh kita yang mampu.
Namun saya SANGAT TIDAK sependapat dan sangat tidak sepakat jika mengemis itu merupakan profesi dan dilakukan terus menerus tanpa mereka mau untuk memperoleh kehidupan yang lebih layak. Sedangkan kondisi fisiknya masih sehat dan kuat, tanpa mengalami keadaan yang tidak diinginkan.

2 komentar:

  1. wah .
    beratii kudu gmn dumd buad mengatasii para pengemiis yang massi beredar d lingkungan fisip maz ??

    BalasHapus
  2. di kasi hari "Pengemis Day" aja di FISIP.....
    n di bikin stand menerima sumbangan.., n jika pengend dapet stand,, maka harus ikut fit&preoper test dlu,,,
    hehehe

    BalasHapus